Dalam rentang tahun 650-1250 M, Islam mengalami puncak kemajuan yang mengagumkan. Pada masa ini perkembangan Islam ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Hal ini disebabkan perhatian pemerintah waktu itu yang sangat besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Berbagai lembaga pengetahuan seperti madrasah, universitas, dan perpustakaan didirikan. Penerjemahan buku Yunani digalakkan. Sehingga umat islam mulai mengenal pengetahuan umum seperti astronomi, kedokteran, filsafat,kimia, dll.
Kemudian muncullah ilmuwan muslimyang
mempunyai intelektualitas yang mumpuni. Yang tidak hanya menguasai satu
bidang ilmu pengetahuan saja. Seperti Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan,
al-Khawrizmi dan lainnya. Negara menempatkan ulama pada posisi yang
tinggi dan mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat
tinggi. Setiap hari mereka mengisi halaqah-halaqah yang bahkan dibanjiri
ribuan umat islam. Hal ini menunjukkan betapa besar antusiasme umat
islam terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan para pencari ilmu waktu itu rela
berkeliling ke berbagai negeri demi menghilangkan dahaga mereka akan
ilmu.
Ilmu bagai buruan yang gesit. Hal
ini juga disadari oleh ulama. Maka agar ilmu mereka dapat diwariskan
kepada generasi selanjutnya,mereka menuangkannya kedalam bentuk tulisan.
Maka muncullah karya-karya monumental yang bahkan masih dikaji hingga
sekarang ini. Kegiatan tulis-menulis semakin meningkat seiring tingginya
apresiasi pemerintah terhadap karya tulis. Setiap karya tulis yang
dihasilkan ulama dibayar mahal oleh negara.
Namun roda kehidupan berputar tak seperti
yang kita harapkan. Peradaban islam perlahan-lahan mengalami
kemunduran. Selain faktor internal, kemunduran umat islam juga
disebabkan bangkitnya bangsa baratyang ditandai dengan renaisance
pada abad ke-14. Akhirnya Islam semakin tenggelam seiring dengan
kemajuan yang dialami bangsa barat. Bahkan bangsa barat sempat menjajah
negara islam yang menjadi daerah kolonialnya.
Hal ini menimbulakn keprihatinan para
cendekiawan ynag menamakan diri modernis atau pembaharu. Mereka
menyerukan kepada umat islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang
bersumber dari barat demi mencapai kemajuan dan saatnya nanti akan mampu
mencapai kejayaan Islam di dunia. Bahkan lebih ekstrim lagi, modernis
seperti Mustofa Kemal Ataturk menganjurkan umat islam meniru barat dalam
segala hal.
Padahal kalau kita telisik lebih jauh,
seruan seperti inilah yang justru semakin menenggelamkan umat islam
dalam kemunduran. Kemajuan yang dicapai barat tak lepas dari kemajuan
umat Islam pada masa lalu. Hal ini dinyatakan sejarah bahwa setelah
perang Salib, bangsa Barat menyadari ketertinggalan mereka dengan umat
Islam. Oleh karena itu, mereka membawa kitab klasik atau populer dengan
sebutan kitab kuning. Lalu mereka menerjemahkan dan mengkajinya. Hal ini
mendorong bangkitnya peradaban Islam . banyak orientalis seperti Lebon G
dan Jacques C Kisler mengakui pengaruh Islam ini.
Maka patutlah kita acungi jempol terhadap
apa yang dilakukan para santri di pesantren. Mereka mengkaji, menelaah
kitab yang ditulis ulama pada masa keemasan islam (the golden ages of islam)
. Tradisi ini telah ada sejak munculnya pesantren di nusantara. Dengan
mengkaji kitab kuning , para santri berusaha menyambung keilmuan mereka
dengan para ulam yang mempunyai intelektualitas yamg lebih daripada
ulama sekarang ini. Banyak orang ‘luar’ mencap kolot kitab kuning. Tapi
hal ini lebih disebabkan karena mereka melihat waktu kitab tersebut
dikarang, selebihnya mereka tidak tahu kualitas isi kitab tersebut ,
yang terbukti telah membangun peradaban yang cemerlang,.
Yang perlu menjadi catatan adalah .kajian
yang dilakukan santri pada kitab, hanya terfokus dan terbatas pada
kitab yang membahas ilmu Agama. Padahal kitab kuning peninggalan ulama
tidak hanya membahas ilmu agama, tapi juga membahas ilmu lainnya,
seperti filsafat, astronomi, kedokteran dan lainnya. Mungkin hal ini
lebih disebabkan adanya dikotomi ilmu di pesantren. Tapi yang jelas hal
ini menyebabkan sempitnya wacana pemikir an santri.seharusnya santri
dibebaskan untuk mengkaji kitab di berabgi bidang ilmu. Tentu selama
tidak keluar dari koridor ahlussunnah wal jamaah.
Mengupayakan bangkitnya Islam lebih baik
daripada kita terjebak pada romantisme sejarah, dengan hanya
membangga-banggakan kejayaan islam di masa lalu tanpa ada keinginan
untuk membangkitkannya kembali. Salah satu uapya yang dapat kita lakukan
adalah seperti yang dilakukan bangsa Barat : mengkaji kitab kuning.
Karena kitab kuning adalah aset peradaban Islam. Didalamnya terdapat
berbagai pemikiran ulama yang telah berhasil membangun peradaban yang
cemerlang. Dengan menelaah pemikiran mereka,tidak tertutup kemungkinan
islam akan kembali jaya. Bukankah ada adagium “l’historie re pete “ (sejarah dapat terulang kembali)?.
Perbedaan Santri dan Orang Barat dalam Mengkaji Kitab Kuning
Download Poster Lomba Artikel Islam
Download Poster Lomba Cerpen Terbaru!
Dalam
rentang tahun 650-1250 M, Islam mengalami puncak kemajuan yang
mengagumkan. Pada masa ini perkembangan Islam ditandai dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Hal ini disebabkan
perhatian pemerintah waktu itu yang sangat besar terhadap pengembangan
ilmu pengetahuan. Berbagai lembaga pengetahuan seperti madrasah,
universitas, dan perpustakaan didirikan. Penerjemahan buku Yunani
digalakkan. Sehingga umat islam mulai mengenal pengetahuan umum seperti
astronomi, kedokteran, filsafat,kimia, dll.
Kemudian muncullah ilmuwan muslimyang
mempunyai intelektualitas yang mumpuni. Yang tidak hanya menguasai satu
bidang ilmu pengetahuan saja. Seperti Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan,
al-Khawrizmi dan lainnya. Negara menempatkan ulama pada posisi yang
tinggi dan mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat
tinggi. Setiap hari mereka mengisi halaqah-halaqah yang bahkan dibanjiri
ribuan umat islam. Hal ini menunjukkan betapa besar antusiasme umat
islam terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan para pencari ilmu waktu itu rela
berkeliling ke berbagai negeri demi menghilangkan dahaga mereka akan
ilmu.
Ilmu bagai buruan yang gesit. Hal
ini juga disadari oleh ulama. Maka agar ilmu mereka dapat diwariskan
kepada generasi selanjutnya,mereka menuangkannya kedalam bentuk tulisan.
Maka muncullah karya-karya monumental yang bahkan masih dikaji hingga
sekarang ini. Kegiatan tulis-menulis semakin meningkat seiring tingginya
apresiasi pemerintah terhadap karya tulis. Setiap karya tulis yang
dihasilkan ulama dibayar mahal oleh negara.
Namun roda kehidupan berputar tak seperti
yang kita harapkan. Peradaban islam perlahan-lahan mengalami
kemunduran. Selain faktor internal, kemunduran umat islam juga
disebabkan bangkitnya bangsa baratyang ditandai dengan renaisance
pada abad ke-14. Akhirnya Islam semakin tenggelam seiring dengan
kemajuan yang dialami bangsa barat. Bahkan bangsa barat sempat menjajah
negara islam yang menjadi daerah kolonialnya.
Hal ini menimbulakn keprihatinan para
cendekiawan ynag menamakan diri modernis atau pembaharu. Mereka
menyerukan kepada umat islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang
bersumber dari barat demi mencapai kemajuan dan saatnya nanti akan mampu
mencapai kejayaan Islam di dunia. Bahkan lebih ekstrim lagi, modernis
seperti Mustofa Kemal Ataturk menganjurkan umat islam meniru barat dalam
segala hal.
Padahal kalau kita telisik lebih jauh,
seruan seperti inilah yang justru semakin menenggelamkan umat islam
dalam kemunduran. Kemajuan yang dicapai barat tak lepas dari kemajuan
umat Islam pada masa lalu. Hal ini dinyatakan sejarah bahwa setelah
perang Salib, bangsa Barat menyadari ketertinggalan mereka dengan umat
Islam. Oleh karena itu, mereka membawa kitab klasik atau populer dengan
sebutan kitab kuning. Lalu mereka menerjemahkan dan mengkajinya. Hal ini
mendorong bangkitnya peradaban Islam . banyak orientalis seperti Lebon G
dan Jacques C Kisler mengakui pengaruh Islam ini.
Maka patutlah kita acungi jempol terhadap
apa yang dilakukan para santri di pesantren. Mereka mengkaji, menelaah
kitab yang ditulis ulama pada masa keemasan islam (the golden ages of islam)
. Tradisi ini telah ada sejak munculnya pesantren di nusantara. Dengan
mengkaji kitab kuning , para santri berusaha menyambung keilmuan mereka
dengan para ulam yang mempunyai intelektualitas yamg lebih daripada
ulama sekarang ini. Banyak orang ‘luar’ mencap kolot kitab kuning. Tapi
hal ini lebih disebabkan karena mereka melihat waktu kitab tersebut
dikarang, selebihnya mereka tidak tahu kualitas isi kitab tersebut ,
yang terbukti telah membangun peradaban yang cemerlang,.
Yang perlu menjadi catatan adalah .kajian
yang dilakukan santri pada kitab, hanya terfokus dan terbatas pada
kitab yang membahas ilmu Agama. Padahal kitab kuning peninggalan ulama
tidak hanya membahas ilmu agama, tapi juga membahas ilmu lainnya,
seperti filsafat, astronomi, kedokteran dan lainnya. Mungkin hal ini
lebih disebabkan adanya dikotomi ilmu di pesantren. Tapi yang jelas hal
ini menyebabkan sempitnya wacana pemikir an santri.seharusnya santri
dibebaskan untuk mengkaji kitab di berabgi bidang ilmu. Tentu selama
tidak keluar dari koridor ahlussunnah wal jamaah.
Mengupayakan bangkitnya Islam lebih baik
daripada kita terjebak pada romantisme sejarah, dengan hanya
membangga-banggakan kejayaan islam di masa lalu tanpa ada keinginan
untuk membangkitkannya kembali. Salah satu uapya yang dapat kita lakukan
adalah seperti yang dilakukan bangsa Barat : mengkaji kitab kuning.
Karena kitab kuning adalah aset peradaban Islam. Didalamnya terdapat
berbagai pemikiran ulama yang telah berhasil membangun peradaban yang
cemerlang. Dengan menelaah pemikiran mereka,tidak tertutup kemungkinan
islam akan kembali jaya. Bukankah ada adagium “l’historie re pete “ (sejarah dapat terulang kembali)?
0 komentar:
Posting Komentar