Makalah Wira Kartika
Krida Penanggulangan Baencana Alam (PBA)
Disusun Oleh :Muhammad Iqbal Ramadhan
KATA PENGANTAR
Puji syukur
ke hadirat Allah SWT . atas berkah dan rahmatnya , saya dapat menyusun makalah
ini dengan judul :
“Makalah Saka Wira Kartika krida Penanggulangan Bencana Alam”
Makalah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan pendapatan krida penaggulangan
bencana alam
Ucapan
terima kasih kepada Kakak Instruktur ,dan Kakak Pamong saka wira yang
Akhirnya
penulis berharap , semoga dengan makalah ini dapat membantu Anggota Pramuka
yang telah mengikuti saka wira kartika menjadi lebih baik
Sangat
disadari bahwa makalah yang saya ini , baik isi maupun teknik penulisannya
masih banyak kekurangannya , oleh karena saya sebagai penulis makalah ini akan
dengan senang hati menerima kritik dan sarannya untuk menyempurnakan makalah
ini . Kurang lebihnya saya minta maaf .
DAFTAR ISI
Kata
pengantar..............................................................................2
Daftar isi.........................................................................................2
BAB
I
Pendahuluan..................................................................................3
a. Latar belakang................................................................................3
b. Manfaat dan
tujuan..........................................................................3
BAB
II
Pembahasan...................................................................................4
Penanggulangan
Bencana Alam..................................................4
a. SKK Manajemen Penggulangan Bencana alam............................4
b. SKK Perjalanan Dan Penanganan Gawat
Darurat (PPGD)..........7
c. SKK Pengetahuan Komunikasi Radio...........................................8
d. SKK Tata Cara Memasak...............................................................11
BAB
III
Penutup.........................................................................................18
Kesimpulan....................................................................................18
Daftar
pustaka..............................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
satuan karya
pramuka (saka)
adalah wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan
pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. satuan karya diperuntukkan bagi para pramuka penegak dan pramuka pandegaatau para pemuda usia antara 16-25 tahun dengan syarat
khusus. setiap satuan karya memiliki beberapa krida, dimana setiap krida
mengkususkan pada subbidang ilmu tertentu yang dipelajari dalam satuan karya
tersebut. setiap krida memiliki syarat kecakapan khusus untuk memperolehtanda kecakapan khusus kelompok kesatuan karyaan yang
dapat diperoleh pramuka yang bergabung dengan krida
tertentu di saka tersebut.
sebagai
penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan merupakan sebuah modal
yang harus dimiliki. pengetahuan penguasaan medan akan mempermudah kita untuk
mencapai tujuan tertentu dan target tertentu dalam kegiatan alam bebas. selain
itu, penguasaan medan ini juga dapat berguna dalam kegiatan-kegiatan
kemanusiaan. untuk pelaksanaan tugas sar, evakuasi, dll. pengetahuan tentang
medan ini antara lain meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan
navigasi darat. selain mungkin ada bebarapa materi pendukung seperti
perencanaan perjalanan, kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan, pengetahuan
geologi, pengetahuan lingkungan,
kemampuan
saya dalam melakukan praktik navigasi dara yang kurang menguasai,membuat saya
ingin meningkatkan tentang pengetahuan dan kemampuan saya dalam navigasi
darat.salah satunya saya ingin mempelajari tentang pengetahuan kompas siang dan
kompas malam,dan pengetahuan peta dan medan.
b. Manfaat Dan Tujuan
Manfaat
Manfaat dari
makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran untuk dapat menguasai
pemahaman dalam krida penanggulangan bencana alam.
Tujuan
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam
bidang penanggulangan bencana alam.serta untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk mendapatkan krida penanggulangan bencana alam.
BAB
II
PEMBAHASAN
KRIDA
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
1.SKK MANAJEMEN
PENANGGULANGAN BENCANA.
a. Umum.
1) Pramuka Siaga. ( tidak diadakan
).
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui jenis-jenis
bencana.
b) Mengetahui jenis-jenis
alat yang digunakan untuk menangulangi bencana.
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami dan mampu
menjelaskan jenis-jenis bencana.
b) Memahami dan mampu
menjelaskan jenis-jenis alat yang digunakan untuk menanggulangi bencana.
c) Memahami dan mampu
menjelaskan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengamanan diri dari akibat
bencana.
d) Telah melatih sekurang-kurangnya seorang
Pramuka Penggalang, sehingga memperoleh SKK Manajemen Penanggulangan Bencana.
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai dan mahir
menjelaskan jenis-jenis bencana.
b) Menguasai dan mahir
menjelaskan tehnik penanggulangan bencana.
c) Menguasai dan mahir
menggunakan berbagai alat penanggulangan bencana.
d) Menguasai dan mahir menjelaskan tindakan
pencegahan, penanggulangan dan pengamanan diri dari akibat bencana.
e) Telah melatih
sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak, sehingga memperoleh SKK Manajemen Penanggulangan Bencana
b. Pokok Bahasan.
1) Penanggulangan
Bencana.
a) Penanggulangan bencana
merupakan salah satu wujud dari upaya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dari seluruh tumpah darah Indonesia.
b) Penanggulangan bencana
adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada
partisipasi, didukung dan prakarsa masyarakat serta pemerintah daerah.
c) Penanggulangan bencana
dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya bencana yang meliputi kegiatan
pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan
memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
d) Penanggulangan bencana adalah bagian
dari kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan
masyarakat dan meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir
batin.
2) Jenis, Sifat dan
Tingkat dan Korban Bencana.
a) Jenis Bencana.
(1) Bencana alam fenomena atau gejala alam
yang disebabkan oleh keadaan geografis, biologis, seismis, hidrogis dan
meteorologist atau disebabkan suatu proses dalam lingkungan alam yang mengancam
kehidupan dan perekonomian masyarakat serta menimbulkan malapetaka.
Contoh : Wabah
penyakit, gempa bumi, letusan gunung berapi, gelombang laut pasang ( Tsunami ),
banjir, kekeringan dan lain-lain.
(2) Bencana ulah manusia. Peristiwa yang
terjadi karena proses teknologi, interaksi manusia dengan manusia didalam
masyarakat itu sendiri yang menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
Contoh : Pembuangan
limbah pabrik dengan sembarangan, polusi pabrik dan kendaraan bermotor,
kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.
b) Sifat Bencana.
(1) Terbatas, apabila bencana yang terjadi
hanya mengakibatkan rusak dan hilangnya sebagian harta benda atau timbulnya
korban jiwayang tidak banyak.
(2) Dahsyat ( luar biasa ). Apabila bersama
yang terjadi sangat menakutkan dimana mengakibatkan timbulnya korban jiwa yang
sangat besar. Hilangnya harta benda serta menyebabkan kerusakan sarana
prasarana lingkungan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
c) Sekala/Tingkat
Bencana.
(1) Setempat/Lokal. Bila bencana yang
terjadi disuatu Daerah Kabupaten/Kota dan dampaknya terbatas pada Masyarakat
daerah setempat.
(2) Propinsi. Bila bencana yang terjadi
disuatu/beberapa daerah kabupaten/kota dalam wilayah propinsi dan dampaknya
dirasakan di Wilayah Propinsi tersebut.
(3) Nasional. Bila bencana terjadi
disatu/beberapa daerah/wilayah tertentu dan dampaknya dirasakan secara
Nasional.
d) Korban Bencana.
(1) Manusia. Korban Manusia akibat suatu
bencana baikyang mengalami luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.
(2) Harta benda, Korban harta benda akibat
bencana dapat berupa hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan
serta sarana dan prasarana umum lainnya.
(3) Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun
hilangnya sarana prasarana lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup
masyarakat secara umum.
3) Pentahapan
Penanggulangan Bencana.
a) Sebelum bencana
terjadi. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap-tahap :
1) Preventif ( Pencegahan
) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya penyebarluasan tentang
berbagai peraturan, perundang-undangan yang berdampak untuk mengurangi resiko
bencana termasuk pembuatan peta rawan bencana.
2) Mitigasi ( Penjinakan
) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya secara fisik untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti pembuatan cek dam,
rehabilitasi aliran sungai, pengawasan terhadap pelaksanaan RUTR, IMB,
Pemindahan penduduk kedaerah yang aman dari bencana dan pemasangan tanda-tanda
larangan di daerah yang rawan bencana.
3) Kesiapsiagaan yaitu
meliputi kegiatan untuk mengadakan latihan atau gladi Pramuka dan masyarakat
yang tinggal di daerah rawan bencana, serta pendidikan dan pelatihan bagi
personil yang tergabung dalam organisasi satlak maupun satgas PBP serta aparat
pemerintah dan ormas lainnya. Kegiatan pada tahap ini amat penting karena usaha
untuk menghindari bencana akan lebih efektif dan efisien dari pada rehabilitasi
dan kontruksi.
b) Saat bencana terjadi.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi :
(1) Peringatan dini yaitu upaya dan kegiatan
yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dimana untuk memberikan
kesempatan kepada penduduk untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan terlanda
bencana alam.
(2) Tanggap darurat, yaitu upaya dan
kegiatan pengerahan unsur-unsur penanggulangan bencana guna mencari, menolong
dan menyelamatkan korban bencana serta memberikan bantuan kepada para pengungsi
berupa makanan dan minuman, pakaian, obat, pembuatan barak-barak darurat
sebagai tempat penampungan sementara.
c) Sesudah bencana
terjadi. Kegiatan yang dilakukan setelah terjadi bencana :
(1) Rehabilitasi yaitu upaya dan kegiatan
untuk memfungsikan dan memberdayakan kembali berbagai sarana prasarana umum
yang mengalami kerusakan akibat bencana, guna mengurangi penderitaan masyarakat
yang tertimpa musibah.
(2) Rekonstruksi yaitu upaya dan kegiatan
untuk membangun kembali berbagai kerusakan yang diakibatkan oleh bencana secara
lebih baik daripada keadaan sebelumnya untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana diwaktu yang akan datang. Kegiatan pada tahap rekontruksi
harus direncanakan dengan teliti dan seksama, dengan mengikut sertakan berbagai
pihak yang terkait sesuai dengan bidang masing-masing secara terintegrasi dan
terpadu.
2. SKK PERJALANAN DAN
PENANGANAN GAWAT DARURAT ( PPGD ).
a. Umum.
1) Pramuka Siaga. ( tidak diadakan
).
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui tentang Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b) Mengetahui dan mengerti cara melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat
Darurat ( PPGD ).
c) Mengetahui jenis peralatan yang digunakan dalam Perjalanan dan Penanganan
Gawat Darurat ( PPGD ).
3) Pramuka Penegak.
a) Mampu menjelaskan
tentang Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b) Mampu melaksanakan
Perjalanan dan Penangan Gawat Darurat ( PPGD ).
c) Telah melatih
sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh SKK
Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai dan mahir
melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b) Mampu menjelaskan
tentang tehnik dan penggunaan peralatan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat
( PPGD ).
c) Telah melatih
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak
sehingga memperoleh SKK Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b. Pokok Bahasan.
1) Pengertian perjalanan
dan penanganan gawat darurat ( PPGD ). Perjalanan dan Penanganan Gawat
Darurat ( PPGD ) adalah hal-hal yang mencakup keadaan kesehatan pada suatu
perjalanan/ kegiatan meliputi kesiapan fisik, mental dan pengetahuan tentang
kesehatan dan gizi.
2) Cara Melaksanakan
Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
a) Kesiapan fisik.
(1) Kesiapan fisik penolong harus dalam kondisi yang prima.
(2) Mengetahui tehnik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(3) Dapat mengambil tindakan dengan cepat dan tepat dalam memberikan
pertolongan kepada korban.
b) Kesiapan Mental.
(1) Memiliki rasa percaya diri dalam melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
( P3K ).
(2) Memiliki kepekaan terhadap diri dan lingkungan.
(3) Selalu mengedepankan akal sehat dalam mengambil setiap tindakan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(4) Mampu mengendalikan diri terhadap segala situasi.
c) Pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
(1) Mengerti tentang tehnik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(2) Mengerti dan mengetahui tentang obat dan penggunaannya.
(3) Memahami tentang berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan.
(4) Mengetahui berbagai macam jenis makanan yang layak dikonsumsi.
(5) Mengerti perimbangan nutrisi dan gizi dalam melaksanakan kegiatan dan
perjalanan.
(6) Mampu melaksanakan tehnik evakuasi korban.
3. SKK PENGETAHUAN KOMUNIKASI
RADIO.
a. Umum.
1) Pramuka Siaga. ( Tidak diadakan
).
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui dan mengerti Radio Komunikasi.
b) Mengetahui dan mengerti bagian-bagian Radio Komunikasi.
c) Dapat melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami kegunaan
Radio Komunikasi.
b) Memahami dan mampu
menjelaskan bagian-bagian Radio Komunikasi.
c) Memahami dan mampu
melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
d) Telah melatih sekurang-kurangnya seorang
Pramuka Penggalang sehingga memperoleh SKK Pengetahuan Komunikasi Radio.
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai kegunaan
Radio Komunikasi.
b) Menguasai dan mahir
menjelaskan bagian-bagian Radio Komunikasi.
c) Menguasai dan mahir
melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
d) Telah melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua
) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak, sehingga memperoleh SKK
Pengetahuan Komunikasi Radio.
b. Pokok Bahasan.
1) Kegunaan Radio
Komunikasi. Radio komunikasi adalah alat yang digunakan untuk mengirim dan
menerima berita dari pihak lain / lawan bicara.
a) Bagian-bagian besar
Radio Komunikasi.
Keterangan gambar :
1. Saklar Daya.
2. Saklar Fungsi.
3. Saklar Kanal / Chanel.
4. Saklar pengatur frekwensi
dalam MHz.
5. Saklar pengaturan
frekwensi dalam KHz.
6. Tombol pengatur kanal
/ Chanel.
7. Penampil frekwensi.
8. Pengatur volume.
9. Konektor audio.
10. Dudukan antena / penghubung antena
batang.
11. Konektor antene 50 Ohm.
12. Konektor daya.
b) Mengoperasikan Radio
Komunikasi.
(1) Menghidupkan Radio. Putar saklar daya ke
kanan hingga muncul frekuensi di layar / penampil frekuensi.
(2) Memilih frekwensi. Putar saklar pengatur
frekwensi ke atas ( up ) untuk menaikkan frekuensi atau ke bawah ( down ) untuk
menurunkan frekuensi sampai dengan frekuensi yang dikehendaki.
(3) Mengirim berita. Tekan saklar PTT pada
handset untuk ber-bicara, lepas saklar PTT tersebut apabila kita akan menerima
berita / mendengarkan lawan bicara.
(4) Mematikan Radio. Putar saklar daya ke
kiri hingga frekwensi di layar hilang.
2) Prosedur Kirim Terima
Berita. Yaitu tata cara yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap
operator / pelayan radio dalam melaksanakan kirim terima berita.
a) Dalam prosedur
komunikasi harus memperhatikan IKIT.
(1) Irama :
Bagilah kalimat agar mudah diterima, untuk menghindari kesalahan.
(2) Kecepatan :
Bicaralah pada kecepatan yang memadai, sehingga jelas didengar dan
cukup waktu untuk mencatat.
(3) Isi
suara :
Lebih kuat sedikit dari percakapan biasa, tetapi jangan berteriak.
(4) Tinggi
nada :
Nada yang tinggi lebih jelas didengar.
b) Abjad Fonetik.
A :
ALFA.
B :
BETA.
C :
CHARLIE.
D :
DELTA.
E :
ECHO.
F :
FOXTROT.
G :
GOLF.
H :
HOTEL.
I :
INDIA.
J :
JULIET.
K :
KILO.
L :
LIMA.
M :
MIKE.
N :
NANCY.
O :
OSCAR.
P :
PAPA.
Q :
QUBECK.
R :
ROMEO.
S :
SIERA.
T :
TANGGO.
U :
UNIFORM.
V :
VICTOR.
W :
WISKY.
X :
X-RAY / XTRA.
Z :
ZULU.
4. SKK TATA CARA MEMASAK.
a. Umum.
1) Pramuka Siaga. ( Tidak diadakan
).
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengerti dan dapat
mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b) Mengerti dan dapat
memasak Nasi.
c) Mengerti dan dapat
memasak Lauk-pauk.
d) Mengerti dan dapat memasak Sayur.
e) Mengerti dan dapat
menyajikan hasil masakan.
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami dan mampu
mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b) Memahami dan mampu
memasak Nasi.
c) Memahami dan mampu
memasak Lauk-pauk.
d) Memahami dan mampu memasak Sayur.
e) Memahami dan mampu
menyajikan hasil masakan.
f) Telah melatih
sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK Tata Cara
Memasak.
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai dan mahir
mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b) Menguasai dan mahir
memasak Nasi.
c) Menguasai dan mahir
memasak Lauk-pauk.
d) Menguasai dan mahir memasak Sayur.
e) Menguasai dan mahir
menyajikan hasil masakan.
f) Telah melatih
sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak sehingga memperoleh TKK Tata Cara Memasak.
b. Pokok Bahasan.
1) Kompor Lapangan T-50.
a) Gambar.
b) Kompor Lapangan T-50
terdiri dari :
(1) 1 Peti Kompor Lapangan T-50.
(2) 1 Tangki Bahan Bakar.
(3) 2 Brander.
(4) 2 Tungku.
(5) 1 Pompa tangan.
c) Bahan Bakar yang
digunakan yaitu minyak tanah.
d) Kapasitas Tabung Bahan Bakar 16 Liter.
e) Cara Penggunaan :
(1) Kita berdiri searah dengan angi dan
letakkan peti, sisi gembok berhadapan dengan kita.
(2) Buka peti sampai tutup peti menyentuh
tanah.
(3) Keluarkan peralatan kompor dan letakkan
pada tutup peti.
(4) Keluarkan tungku dan pasang tatakan kaki
tungku dengan cara seperti memasang baut. Tatakan kaki tungku berfungsi juga
sebagai penyetel ketinggian brander terhadap alat masak.
(5) Letakkan kedua tungku pada sebelah kiri
dan kanan peti dengan jarak minimal 30 cm, posisi lubang tungku menghadap ke
peti.
(6) Letakkan brander di tengah-tengah tungku
dengan tangki brander dan selang minyak mengarah ke sisi engsel peti.
(7) Keluarkan tangki dan masukkan kembali peralatan
cadangan yang tidak digunakan ke dalam peti, lalu peti di tutup, isi tangki
dengan minyak tanah maksimum 16 liter, letakkan tangki di tengah-tengah sisi
engsel peti hubungkan selang kedua brander pada kran minyak pada tangki.
(8) Peti dapat digunakan sebagai meja ringan
maksimum beban.
(9) Pompa tangki hingga bertekanan maksimum
3 kg/cm, setelah itu kran minyak dibuka sedikit demi sedikit agar minyak
mengalir keluar dari spuyer brander dan perhatikan jangan ada udara keluar dari
selang, biarkan sedikit minyak tertampung pada mangkuk penyala brander,
kemudian kran ditutup kembali sampai minyak berhenti mengalir.
(10) Sebelum disulut letakkanlah sumbu yang tersedia ( kertas, ranting kering
dapat di gunakan dalam keadaan darurat ) diatas mangkuk brander, kemudian sulut
dengan api minyak tanah yang berada di mangkuk penyala brander, menggunakan
alat penyulut api ( penyala yang tersedia ) hingga terbakar.
(11) Biarkan api menyala pada mangkuk penyala brander sampai terlihat semburan
api pada brander, yang semula terlihat besar, tunggulah sampai semburan api
mulai mengecil kembali seperti akan mati yang merata. Jangan sekali-kali
membuka kran minyak langsung besar.
(12) Bila pada saat membuka kran, perhatikan spuyer brander apakah yang keluar
berupa gas atauminyak yang belum menjadi gas, jika terlihat belum menjadi gas,
maka semburan apiyang akan terjadi seperti kebakaran, jangan panik/takut
langsung saja kran ditutup kembali tunggu dan biarkan api mengecil sendiri
seperti pada penjelasan di atas, berarti brander belum cukup panas.
(13) Apabila semburan sudah berupa gas dan nyala api mulai stabil, kran dibuka
perlahan-lahan sampai menghasilkan nyala api yang terbaik.
(14) Setelah nyala api baik, kompor siap digunakan.
f) Gangguan dan mengatasi
gangguan :
(1) Gangguan tiba-tiba api mati, langsung
kran ditutup, periksa minyak dalam selang bila terlihat selang masih dipenuhi
minyak dan tidak terlihat udara didalamnya maka nyalakan alat penyulut,
dekatkan api penyulut ke spuyer brander sambil menyogok lubang spuyer brander.
(2) Gangguan tiba-tiba api brander menyala
seperti kebakaran, penyebabnya adalah kran terlalu besar dibuka yang mengakibatkan
aliran minyak ke brander dan keluar dari spuyer brander tidak menjadi gas, kran
langsung ditutup dan tunggu api menjadi kecil kembali, lalu buka kran minyak
sedikit demi sedikit sampai mendapatkan nyala api yang terbaik/yang diinginkan.
(3) Gangguan semburan api tidak rata atau
api tidak dapat sempurna, penyebabnya adalah bila lubang spuyer rusak, matikan
kompor lalu ganti spuyer dengan yang baru menggunakan kunci spuyer.
(4) Langkah pertama dalam menghadapi
gangguan apapun adalah menutup kran pada tabung, dengan demikian kebakaran akan
terhindari. Jangan sekali-kali menyiram kebakaran kompor dengan air, usahakan
dalam memasak menyiapkan karung/kain yang dibasahi oleh air untuk menutupi api
saat terjadi kebakaran kompor.
g) Pada saat merebus
terutama merebus air minum/memasak nasi dengan jumlah yang banyak tatakan kaki
tungku distel rapat terhadap kaki tungku agar jarak api terhadap kuali/dandang
lebih dekat ( jarak terdekat sesuai yang dirancang 5 cm ) sehingga panas yang
cepat dan waktu mematangkan masakan lebih cepat. Perlu diwaspadai apabila
merebus sayur-sayuran, kacang-kacangan, api brander harus di-kecilkan dan atau
selalu mengaduk masakan agar masakan yang berada di dasar kuali tidak hangus,
karena sayuran dan kacang-kacangan selalu mengendap di dasar kuali. Pada saat
menggoreng ( menggunakan minyak goreng ) kedudukan tatakan kaki tungku distel
berjarak 2 atau 3 cm dari kaki tungku dengan cara memutar tatakan kaki tungku
seperti membuka baut, agar jarak api terhadap kuali atau wajan tidak terlalu
dekat, sehingga panas yang diterima oleh minyak goreng tidak terlalu tinggi
sehingga yang dimasak matang secara merata atau tidak terjadi gosong luar dan
mentah di dalam.
2) Alat Dapur Lapangan.
a) Ketel 100. Bahan
terbuat dari alumunium dengan kapasitas memasak 18 Kg/beras untuk melayani 100
orang.
b) Ketel 50. Bahan
terbuat dari alumunium untuk memasak sayur.
c) Ketel 40. Bahan
terbuat dari alumunium untuk memasak air atau untuk mengangkut hasil masakan.
3) Teknik dasar memasak. Memasak meliputi
kegiatan penanganan dan pemasakan ( handling and cooking ). Memasak yang benar
dan baik mempunyai pengaruh penting sekali dalam penyajian suatu menu. Oleh
karena itu harus dikuasai teknik dasar memasak, sebagai berikut :
a) Sumber hidrat arang.
Molekul-molekul hidrat arang dan molekul air bila dipanaskan akan mengikat dan
mengkaji. Setelah masak dan biarkan dalam jangka waktu tertentu ada
kecenderungan untuk memisah. Bila proses pemisahan ini terjadi berarti telah
mendekati tingkat basi. Oleh karena itu bila memasak nasi harus betul-betul
diperhitungkan jumlahnya agar habis sekali makan.
b) Sumber protein dapat
kita golongkan dalam hewani dan nabati. Protei adalah zat makanan yang paling
lekas busuk karena sangat diperlukan oleh bakteri-bakteri. Makanan yang
mengandung protein tinggi sebaiknya segera dimakan setelah selesai dimasak.
Khusus protein yang terdapat pada jaringan-jaringan otot memerlukan perlakuan
khusus waktu memasak. Sedangkan telur merupakan sumber protein yang paling
mudah dimasak.
c) Sumber lemak baik
hewani maupun nabati akan menjadi tengik bila disimpan lama oleh sebab itu
sumber lemak harus diperlakukan baik agar sumber kalori paling besar ini tidak
mudah rusak. Pada umumnya sumber lemak ini tidak kita makan langsung tetapi
untuk memasak makanan lain baik berupa minyak maupun santan.
d) Sumber vitamin dan mineral harus
diperhatikan sejak mengerjakan mencuci, sampai memasak, sebab
vitamin banyak yang larut/rusak dalam air dan panas.
4) Tata Cara memasak.
a) Nasi.
(1) Beras dibersihkan dari kotoran dan
barang-barang asing lainnya.
(2) Beras dicuci untuk menghilangkan
sisa-sisa kotoran.
(3) Mencuci beras tidak boleh direndam agar
Vitamin B1 yang diperlukan tidak larut.
(4) Beras dimasukkan ke dalam ketel/wajan
yang telah disiapkan ( air mendidih ) atau diaron.
(5) Apabila mengaron menggunakan wajan,
beras harus terendam dan air 2-3 Cm di atas permukaan beras.
(6) Setelah setengah matang masukkan ke
dalam dandang yang telah dipersiapkan kemudian aduk dan tunggu sampai matang.
b) Lauk.
(1) Memasak Daging.
(a) Daging dicuci dahulu untuk membersihkan
kotorannya.
(b) Buang serat-serat yang alotnya.
(c) Daging direbus sampai matang dengan
temperatur rendah.
(d) Porsi miring memotong serat.
(e) Masak sesuai resep yang diinginkan.
(2) Memasak ikan.
(a) Potong semua duri yang sekiranya akan
mengganggu dalam proses pemasakan.
(b) Ikan yang bersisik supaya dibuang
sisiknya.
(c) Buang insang dan isi perutnya kemudian
dicuci.
(d) Bubuhkan cuka/kunyit untuk menghilangkan
bau amis/anyir.
(e) Masak sesuai resep yang dinginkan.
(3) Sayur.
(a) Semua bahan sayuran harus dibersihkan
dari kotoran/dicuci sebelum diporsi/diracik.
(b) Sayuran yang telah diracik tidak boleh
direndam dalam air kecuali jenis bahan sayuran yang tidak mengandung Vitamin B
dan C.
(c) Masak sesuai resep yang
diinginkan/direncanakan.
(d) Masak lebih awal dari bahan-bahan
sayuran yang memerlukan waktu pemotongan lebih lama.
(e) Untuk menghasilkan warna alami, cerah
dan menarik selera bahan sayuran yang berwarna sebelum dimasak supaya direndam
dahulu dalam air garam.
5) Tara Menyajikan.
a) Cara Barat. Menu ala
Barat penyusunannya ada yang menurut menu klasik dan menu sederhana, namun
secara umum urut-urutannya adalah sebagai berikut :
(1) Hidangan Pembuka. Hidangan pembuka ada 2
macam, yakni :
(a) Hidangan Pembuka Panas.
(b) Hidangan Pembuka Dingin.
Maksud dan tujuan dari
hidangan pembuka adalah untuk merangsang selera makan. Hidangan pembuka dapat
berupa sop kuah atau berupa makanan ringan.
(2) Hidangan Pokok. Hidangan pokok adalah
hidangan yang me-nyenangkan terdiri dari hidangan ikan atau masakan daging atau
unggas beserta lauk-pauknya.
(3) Hidangan Selingan. Hidangan selingan
dapat berupa hidangan sayuran atau buah-buahan berupa selada dan dapat juga
berupa hidangan manis seperti puding, agar-agar dan lain sebagainya.
(4) Hidangan Penutup. Yang termasuk kedalam
hidangan penutup adalah hidangan manis ( nyamikan / Sweet Dessert ). Segala
hidangan manis antara lain Es krim, dan hidangan buah-buahan serta sebagai
penutup dihidangkan kopi.
b) Cara China.
(1) Menghidangkan. Urutan hidangan mulai
dengan makanan pembuka, tetapi tidak diakhiri dengan dessert dan sop tidak
dihidangkan pada awal santapan. Santapan khas china dimulai dengan 4 ( empat )
macam makanan dingin sebagai pembuka, dilanjutkan dengan hidangan udang yang
diasinkan atau ginjal yang diiris-iris. Kemudian disusul oleh delapan macam
masakan sebagai hidangan pokok antara lain terdiri dari : masakan daging
kepiting, masakan daging itik,masakan ikan lengkap dan nasi putih. Sesudah
hidangan pokok terakhir dihidangkan dua macam hidangan manis antara lain
potongan apel bergula atau Pangsit/bakso kuah yang lekat.
(2) Cara bersantap. Melihat kepada hidangan
pokok dengan jumlah delapan macam, berarti cara menyantapnyapun dilakukan
secara khusus yakni dengan mengambil porsi kecil-kecil dari tiap hidangan.
Karena itu yang terlihat di atas meja hidangan adalah sebuah piring kecil,
sebuah sendok porselin, sebuah mangkok kecil, tempat kecap atau sambal dan
sepasang sumpit.
6) Cara menghidangkan.
a) Di Pangkalan/ di
rumah/ di gedung. Cara menghidangkan makanannya adalah sebagai berikut :
(1) Sistem Prasmanan. Suatu cara
penghidangan yang diatur pada beberapa meja baik alat makan, makanan maupun
minuman. Urut-urutannya adalah piring dan sendok garpu, nasi, ikan dan
lauk-pauk, sayur, sambal, lalapan, kerupuk, buah yang terakhir adalah minuman.
Peserta makan mengambil sendiri secara berurutan sesuai kesenangan dan
kebutuhan masing-masing, sedangkan petugas penyaji hanya mengawasiwadah yang
kosong untuk diisi kembali dan membuat garnish/garnir pada penghidangan
pertama.
(2) Sistem Kafetaria. Ialah suatu cara
penghidangan yang diatur dalam satu garis. Urut-urutannya adalah : piring dan
sendok garpu, nasi, lauk-pauk, sayur, sambal, lalapan, kerupuk, dan yang
terakhir adalah minuman. Peserta makan mengambil sendiri secara berurutan hanya
makanan yang keritis diambilkan oleh petugas penyaji. Setelah selesai
pengambilan peserta makan membawa ketempat makan yang telah disediakan. Dalam
sistem ini peserta makan tidak dibenarkan tambah.
(3) Dihidangkan di meja. Dalam sistem ini
peserta makan dibagi dalam kelompok-kelompok meja yang terdiri dari 6 orang, 8
orang, atau 10 orang sesuai kapasitas meja. Makanan dan alat makannya diatur di
atas meja oleh petugas penyaji. Peserta makan tinggal duduk pada kursi yang
telah ditentukan dan mengambil makanan yang telah siap di meja.
b) Di lapangan. Fasilitas
dan alat peralatan khusus/khas lapangan, menggunakan alat makan dan minum
menggunakan alat perorangan yang dibawa. Bila keadaan memungkinkan, dapat pula
menggunakan alat makan lapangan ( Lunchtray ).
(1) Sistem Kafetaria, sama dengan uraian di
atas, hanya alat untuk menghidangkan dan alat makan menggunakan peralatan
lapangan.
(2) Sistem semi Kafetaria ialah suatu cara
penghidangan Kafetaria, hanya seluruh perlengkapan menggunakan alat lapangan
dan makanan dibagikan oleh petugas penyaji lapangan.
BAB III
Penutup
KESIMPULAN
kesimpulan dari makalah yang di susun
ini,saya berniat untuk mengambil syarat kecakapan khusus manajemen
penanggulangan bencana alam.untuk bisa mendapatkan tanda kecakapan khusus manajemen
penanggulangan bencana alam,tentunya harus menguasai materi yang bersangkutan
dengan syarat kecakapan khusus tersebut.harus melalui beberapa tahap untuk bisa
mendapatkan tkk manajemen penanggulangan bencana alam.
Daftar Pustaka
http://kwarransugihwaras.blogspot.com/2013/05/buku-panduan-saka-wirakartika.html
0 komentar:
Posting Komentar