Recent Comments

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail

Rabu, 12 Februari 2014

makalah saka wirakartika krida penanggulangan bencana alam

Makalah Wira Kartika

Krida Penanggulangan Baencana Alam (PBA)


Disusun Oleh :Muhammad Iqbal Ramadhan
KATA PENGANTAR
                                                                
Puji syukur ke hadirat Allah SWT . atas berkah dan rahmatnya , saya dapat menyusun makalah ini dengan  judul :
“Makalah Saka Wira Kartika krida Penanggulangan Bencana Alam”
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan pendapatan krida penaggulangan bencana alam
Ucapan terima kasih kepada Kakak Instruktur ,dan Kakak Pamong saka wira yang
Akhirnya penulis berharap , semoga dengan makalah ini dapat membantu Anggota Pramuka yang telah mengikuti saka wira kartika menjadi lebih baik
Sangat disadari bahwa makalah yang saya ini , baik isi maupun teknik penulisannya masih banyak kekurangannya , oleh karena saya sebagai penulis makalah ini akan dengan senang hati menerima kritik dan sarannya untuk menyempurnakan makalah ini . Kurang lebihnya saya minta maaf .
DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................2
Daftar isi.........................................................................................2
BAB I
Pendahuluan..................................................................................3
a.    Latar  belakang................................................................................3
b.    Manfaat dan tujuan..........................................................................3
BAB II
Pembahasan...................................................................................4
Penanggulangan Bencana Alam..................................................4
a.     SKK Manajemen Penggulangan Bencana alam............................4
b.      SKK Perjalanan Dan Penanganan Gawat Darurat (PPGD)..........7
c.     SKK Pengetahuan Komunikasi Radio...........................................8
d.    SKK Tata Cara Memasak...............................................................11
BAB III
Penutup.........................................................................................18
Kesimpulan....................................................................................18
Daftar pustaka..............................................................................18




BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
satuan karya pramuka (saka) adalah wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. satuan karya diperuntukkan bagi para pramuka penegak dan pramuka pandegaatau para pemuda usia antara 16-25 tahun dengan syarat khusus. setiap satuan karya memiliki beberapa krida, dimana setiap krida mengkususkan pada subbidang ilmu tertentu yang dipelajari dalam satuan karya tersebut. setiap krida memiliki syarat kecakapan khusus untuk memperolehtanda kecakapan khusus kelompok kesatuan karyaan yang dapat diperoleh pramuka yang bergabung dengan krida tertentu di saka tersebut.
sebagai penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan merupakan sebuah modal yang harus dimiliki. pengetahuan penguasaan medan akan mempermudah kita untuk mencapai tujuan tertentu dan target tertentu dalam kegiatan alam bebas. selain itu, penguasaan medan ini juga dapat berguna dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. untuk pelaksanaan tugas sar, evakuasi, dll. pengetahuan tentang medan ini antara lain meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan navigasi darat. selain mungkin ada bebarapa materi pendukung seperti perencanaan perjalanan, kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan, pengetahuan geologi, pengetahuan lingkungan,
kemampuan saya dalam melakukan praktik navigasi dara yang kurang menguasai,membuat saya ingin meningkatkan tentang pengetahuan dan kemampuan saya dalam navigasi darat.salah satunya saya ingin mempelajari tentang pengetahuan kompas siang dan kompas malam,dan pengetahuan peta dan medan.

b.      Manfaat Dan Tujuan
Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran untuk dapat menguasai pemahaman dalam krida penanggulangan bencana alam.
Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam bidang penanggulangan bencana alam.serta untuk memenuhi salah satu  persyaratan untuk mendapatkan krida penanggulangan bencana alam.









BAB II
PEMBAHASAN
KRIDA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

1.SKK MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA.

a.      Umum.
1)      Pramuka Siaga. ( tidak diadakan ).
2)      Pramuka Penggalang.
a)      Mengetahui jenis-jenis bencana.
b)      Mengetahui jenis-jenis alat yang digunakan untuk menangulangi bencana.
3)      Pramuka Penegak.
a)      Memahami dan mampu menjelaskan jenis-jenis bencana.
b)      Memahami dan mampu menjelaskan jenis-jenis alat yang digunakan untuk menanggulangi bencana.
c)      Memahami dan mampu menjelaskan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengamanan diri dari akibat bencana.
d)     Telah melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang, sehingga memperoleh SKK Manajemen Penanggulangan Bencana.
4)      Pramuka Pandega.
a)      Menguasai dan mahir menjelaskan jenis-jenis bencana.
b)      Menguasai dan mahir menjelaskan tehnik penanggulangan bencana.
c)      Menguasai dan mahir menggunakan berbagai alat penanggulangan bencana.
d)     Menguasai dan mahir menjelaskan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengamanan diri dari akibat bencana.
e)      Telah melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak, sehingga memperoleh SKK Manajemen Penanggulangan Bencana



b.      Pokok Bahasan.
1)      Penanggulangan Bencana.
a)      Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dari seluruh tumpah darah Indonesia.
b)      Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, didukung dan prakarsa masyarakat serta pemerintah daerah.
c)      Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
d)     Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin.
2)      Jenis, Sifat dan Tingkat dan Korban Bencana.
a)      Jenis Bencana.
(1)   Bencana alam fenomena atau gejala alam yang disebabkan oleh keadaan geografis, biologis, seismis, hidrogis dan meteorologist atau disebabkan suatu proses dalam lingkungan alam yang mengancam kehidupan dan perekonomian masyarakat serta menimbulkan malapetaka.
Contoh : Wabah penyakit, gempa bumi, letusan gunung berapi, gelombang laut pasang ( Tsunami ), banjir, kekeringan dan lain-lain.
(2)   Bencana ulah manusia. Peristiwa yang terjadi karena proses teknologi, interaksi manusia dengan manusia didalam masyarakat itu sendiri yang menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Contoh : Pembuangan limbah pabrik dengan sembarangan, polusi pabrik dan kendaraan bermotor, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.
b)      Sifat Bencana.
(1)   Terbatas, apabila bencana yang terjadi hanya mengakibatkan rusak dan hilangnya sebagian harta benda atau timbulnya korban jiwayang tidak banyak.
(2)   Dahsyat ( luar biasa ). Apabila bersama yang terjadi sangat menakutkan dimana mengakibatkan timbulnya korban jiwa yang sangat besar. Hilangnya harta benda serta menyebabkan kerusakan sarana prasarana lingkungan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
c)      Sekala/Tingkat Bencana.
(1)   Setempat/Lokal. Bila bencana yang terjadi disuatu Daerah Kabupaten/Kota dan dampaknya terbatas pada Masyarakat daerah setempat.
(2)   Propinsi. Bila bencana yang terjadi disuatu/beberapa daerah kabupaten/kota dalam wilayah propinsi dan dampaknya dirasakan di Wilayah Propinsi tersebut.
(3)   Nasional. Bila bencana terjadi disatu/beberapa daerah/wilayah tertentu dan dampaknya dirasakan secara Nasional.
d)     Korban Bencana.
(1)   Manusia. Korban Manusia akibat suatu bencana baikyang mengalami luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.
(2)   Harta benda, Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana umum lainnya.
(3)   Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara umum.
3)      Pentahapan Penanggulangan Bencana.
a)      Sebelum bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap-tahap :
1)      Preventif ( Pencegahan ) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya penyebarluasan tentang berbagai peraturan, perundang-undangan yang berdampak untuk mengurangi resiko bencana termasuk pembuatan peta rawan bencana.
2)      Mitigasi ( Penjinakan ) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya secara fisik untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti pembuatan cek dam, rehabilitasi aliran sungai, pengawasan terhadap pelaksanaan RUTR, IMB, Pemindahan penduduk kedaerah yang aman dari bencana dan pemasangan tanda-tanda larangan di daerah yang rawan bencana.
3)      Kesiapsiagaan yaitu meliputi kegiatan untuk mengadakan latihan atau gladi Pramuka dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, serta pendidikan dan pelatihan bagi personil yang tergabung dalam organisasi satlak maupun satgas PBP serta aparat pemerintah dan ormas lainnya. Kegiatan pada tahap ini amat penting karena usaha untuk menghindari bencana akan lebih efektif dan efisien dari pada rehabilitasi dan kontruksi.
b)      Saat bencana terjadi. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi :
(1)   Peringatan dini yaitu upaya dan kegiatan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dimana untuk memberikan kesempatan kepada penduduk untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan terlanda bencana alam.
(2)   Tanggap darurat, yaitu upaya dan kegiatan pengerahan unsur-unsur penanggulangan bencana guna mencari, menolong dan menyelamatkan korban bencana serta memberikan bantuan kepada para pengungsi berupa makanan dan minuman, pakaian, obat, pembuatan barak-barak darurat sebagai tempat penampungan sementara.
c)      Sesudah bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan setelah terjadi bencana :
(1)   Rehabilitasi yaitu upaya dan kegiatan untuk memfungsikan dan memberdayakan kembali berbagai sarana prasarana umum yang mengalami kerusakan akibat bencana, guna mengurangi penderitaan masyarakat yang tertimpa musibah.
(2)   Rekonstruksi yaitu upaya dan kegiatan untuk membangun kembali berbagai kerusakan yang diakibatkan oleh bencana secara lebih baik daripada keadaan sebelumnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana diwaktu yang akan datang. Kegiatan pada tahap rekontruksi harus direncanakan dengan teliti dan seksama, dengan mengikut sertakan berbagai pihak yang terkait sesuai dengan bidang masing-masing secara terintegrasi dan terpadu.
2.  SKK PERJALANAN DAN PENANGANAN GAWAT DARURAT ( PPGD ).
a.      Umum.
1)      Pramuka Siaga. ( tidak diadakan ).
2)      Pramuka Penggalang.
a)      Mengetahui tentang Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b)      Mengetahui dan mengerti cara melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
c)      Mengetahui jenis peralatan yang digunakan dalam Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
3)      Pramuka Penegak.
a)      Mampu menjelaskan tentang Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b)      Mampu melaksanakan Perjalanan dan Penangan Gawat Darurat ( PPGD ).
c)      Telah melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh SKK Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
4)      Pramuka Pandega.
a)      Menguasai dan mahir melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b)      Mampu menjelaskan tentang tehnik dan penggunaan peralatan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
c)      Telah melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak sehingga memperoleh SKK Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b.      Pokok Bahasan.
1)      Pengertian perjalanan dan penanganan gawat darurat ( PPGD ). Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ) adalah hal-hal yang mencakup keadaan kesehatan pada suatu perjalanan/ kegiatan meliputi kesiapan fisik, mental dan pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.

2)      Cara Melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
a)      Kesiapan fisik.
(1)   Kesiapan fisik penolong harus dalam kondisi yang prima.
(2)   Mengetahui tehnik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(3)   Dapat mengambil tindakan dengan cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan kepada korban.
b)      Kesiapan Mental.
(1)   Memiliki rasa percaya diri dalam melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(2)   Memiliki kepekaan terhadap diri dan lingkungan.
(3)   Selalu mengedepankan akal sehat dalam mengambil setiap tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(4)   Mampu mengendalikan diri terhadap segala situasi.
c)      Pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
(1)   Mengerti tentang tehnik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(2)   Mengerti dan mengetahui tentang obat dan penggunaannya.
(3)   Memahami tentang berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan.
(4)   Mengetahui berbagai macam jenis makanan yang layak dikonsumsi.
(5)   Mengerti perimbangan nutrisi dan gizi dalam melaksanakan kegiatan dan perjalanan.
(6)   Mampu melaksanakan tehnik evakuasi korban.

3.  SKK PENGETAHUAN KOMUNIKASI RADIO.
a.      Umum.
1)      Pramuka Siaga. ( Tidak diadakan ).
2)      Pramuka Penggalang.
a)      Mengetahui dan mengerti Radio Komunikasi.
b)      Mengetahui dan mengerti bagian-bagian Radio Komunikasi.
c)      Dapat melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
3)      Pramuka Penegak.
a)      Memahami kegunaan Radio Komunikasi.
b)      Memahami dan mampu menjelaskan bagian-bagian Radio Komunikasi.
c)      Memahami dan mampu melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
d)     Telah melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh SKK Pengetahuan Komunikasi Radio.
4)      Pramuka Pandega.
a)      Menguasai kegunaan Radio Komunikasi.
b)      Menguasai dan mahir menjelaskan bagian-bagian Radio Komunikasi.
c)      Menguasai dan mahir melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
d)     Telah melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak, sehingga memperoleh SKK Pengetahuan Komunikasi Radio.

b.      Pokok Bahasan.
1)      Kegunaan Radio Komunikasi. Radio komunikasi adalah alat yang digunakan untuk mengirim dan menerima berita dari pihak lain / lawan bicara.
a)      Bagian-bagian besar Radio Komunikasi.
Keterangan gambar :
1.      Saklar Daya.
2.      Saklar Fungsi.
3.      Saklar Kanal / Chanel.
4.      Saklar pengatur frekwensi dalam MHz.
5.      Saklar pengaturan frekwensi dalam KHz.
6.      Tombol pengatur kanal / Chanel.
7.      Penampil frekwensi.
8.      Pengatur volume.
9.      Konektor audio.
10.  Dudukan antena / penghubung antena batang.
11.  Konektor antene 50 Ohm.
12.  Konektor daya.
b)      Mengoperasikan Radio Komunikasi.
(1)   Menghidupkan Radio. Putar saklar daya ke kanan hingga muncul frekuensi di layar / penampil frekuensi.
(2)   Memilih frekwensi. Putar saklar pengatur frekwensi ke atas ( up ) untuk menaikkan frekuensi atau ke bawah ( down ) untuk menurunkan frekuensi sampai dengan frekuensi yang dikehendaki.
(3)   Mengirim berita. Tekan saklar PTT pada handset untuk ber-bicara, lepas saklar PTT tersebut apabila kita akan menerima berita / mendengarkan lawan bicara.
(4)   Mematikan Radio. Putar saklar daya ke kiri hingga frekwensi di layar hilang.

2)      Prosedur Kirim Terima Berita. Yaitu tata cara yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap operator / pelayan radio dalam melaksanakan kirim terima berita.
a)      Dalam prosedur komunikasi harus memperhatikan IKIT.
(1)   Irama                                      : Bagilah kalimat agar mudah diterima, untuk menghindari kesalahan.
(2)   Kecepatan                              : Bicaralah pada kecepatan yang memadai, sehingga jelas didengar  dan cukup waktu untuk mencatat.
(3)   Isi suara                                  : Lebih kuat sedikit dari percakapan biasa, tetapi jangan berteriak.
(4)   Tinggi nada                            : Nada yang tinggi lebih jelas didengar.
b)      Abjad Fonetik.
A                                                  : ALFA.
B                                                  : BETA.
C                                                  : CHARLIE.
D                                                  : DELTA.
E                                                   : ECHO.
F                                                   : FOXTROT.
G                                                  : GOLF.
H                                                  : HOTEL.
I                                                    : INDIA.
J                                                    : JULIET.
K                                                  : KILO.
L                                                   : LIMA.
M                                                  : MIKE.
N                                                  : NANCY.
O                                                  : OSCAR.
P                                                   : PAPA.
Q                                                  : QUBECK.
R                                                  : ROMEO.
S                                                   : SIERA.
T                                                   : TANGGO.
U                                                  : UNIFORM.
V                                                  : VICTOR.
W                                                 : WISKY.
X                                                  : X-RAY / XTRA.
Z                                                   : ZULU.

4.  SKK TATA CARA MEMASAK.
a.      Umum.
1)      Pramuka Siaga. ( Tidak diadakan ).
2)      Pramuka Penggalang.
a)      Mengerti dan dapat mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b)      Mengerti dan dapat memasak Nasi.
c)      Mengerti dan dapat memasak Lauk-pauk.
d)     Mengerti dan dapat memasak Sayur.
e)      Mengerti dan dapat menyajikan hasil masakan.
3)      Pramuka Penegak.
a)      Memahami dan mampu mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b)      Memahami dan mampu memasak Nasi.
c)      Memahami dan mampu memasak Lauk-pauk.
d)     Memahami dan mampu memasak Sayur.
e)      Memahami dan mampu menyajikan hasil masakan.
f)       Telah melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK Tata Cara Memasak.
4)      Pramuka Pandega.
a)      Menguasai dan mahir mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b)      Menguasai dan mahir memasak Nasi.
c)      Menguasai dan mahir memasak Lauk-pauk.
d)     Menguasai dan mahir memasak Sayur.
e)      Menguasai dan mahir menyajikan hasil masakan.
f)       Telah melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak sehingga memperoleh TKK Tata Cara Memasak.
b.      Pokok Bahasan.
1)      Kompor Lapangan T-50.
a)      Gambar.
b)      Kompor Lapangan T-50 terdiri dari :
(1)   1 Peti Kompor Lapangan T-50.
(2)   1 Tangki Bahan Bakar.
(3)   2 Brander.
(4)   2 Tungku.
(5)   1 Pompa tangan.
c)      Bahan Bakar yang digunakan yaitu minyak tanah.
d)     Kapasitas Tabung Bahan Bakar 16 Liter.
e)      Cara Penggunaan :
(1)   Kita berdiri searah dengan angi dan letakkan peti, sisi gembok berhadapan dengan kita.
(2)   Buka peti sampai tutup peti menyentuh tanah.
(3)   Keluarkan peralatan kompor dan letakkan pada tutup peti.
(4)   Keluarkan tungku dan pasang tatakan kaki tungku dengan cara seperti memasang baut. Tatakan kaki tungku berfungsi juga sebagai penyetel ketinggian brander terhadap alat masak.
(5)   Letakkan kedua tungku pada sebelah kiri dan kanan peti dengan jarak minimal 30 cm, posisi lubang tungku menghadap ke peti.
(6)   Letakkan brander di tengah-tengah tungku dengan tangki brander dan selang minyak mengarah ke sisi engsel peti.
(7)   Keluarkan tangki dan masukkan kembali peralatan cadangan yang tidak digunakan ke dalam peti, lalu peti di tutup, isi tangki dengan minyak tanah maksimum 16 liter, letakkan tangki di tengah-tengah sisi engsel peti hubungkan selang kedua brander pada kran minyak pada tangki.
(8)   Peti dapat digunakan sebagai meja ringan maksimum beban.
(9)   Pompa tangki hingga bertekanan maksimum 3 kg/cm, setelah itu kran minyak dibuka sedikit demi sedikit agar minyak mengalir keluar dari spuyer brander dan perhatikan jangan ada udara keluar dari selang, biarkan sedikit minyak tertampung pada mangkuk penyala brander, kemudian kran ditutup kembali sampai minyak berhenti mengalir.
(10)                       Sebelum disulut letakkanlah sumbu yang tersedia ( kertas, ranting kering dapat di gunakan dalam keadaan darurat ) diatas mangkuk brander, kemudian sulut dengan api minyak tanah yang berada di mangkuk penyala brander, menggunakan alat penyulut api ( penyala yang tersedia ) hingga terbakar.
(11)                       Biarkan api menyala pada mangkuk penyala brander sampai terlihat semburan api pada brander, yang semula terlihat besar, tunggulah sampai semburan api mulai mengecil kembali seperti akan mati yang merata. Jangan sekali-kali membuka kran minyak langsung besar.
(12)                       Bila pada saat membuka kran, perhatikan spuyer brander apakah yang keluar berupa gas atauminyak yang belum menjadi gas, jika terlihat belum menjadi gas, maka semburan apiyang akan terjadi seperti kebakaran, jangan panik/takut langsung saja kran ditutup kembali tunggu dan biarkan api mengecil sendiri seperti pada penjelasan di atas, berarti brander belum cukup panas.
(13)                       Apabila semburan sudah berupa gas dan nyala api mulai stabil, kran dibuka perlahan-lahan sampai menghasilkan nyala api yang terbaik.
(14)                       Setelah nyala api baik, kompor siap digunakan.
f)       Gangguan dan mengatasi gangguan :
(1)   Gangguan tiba-tiba api mati, langsung kran ditutup, periksa minyak dalam selang bila terlihat selang masih dipenuhi minyak dan tidak terlihat udara didalamnya maka nyalakan alat penyulut, dekatkan api penyulut ke spuyer brander sambil menyogok lubang spuyer brander.
(2)   Gangguan tiba-tiba api brander menyala seperti kebakaran, penyebabnya adalah kran terlalu besar dibuka yang mengakibatkan aliran minyak ke brander dan keluar dari spuyer brander tidak menjadi gas, kran langsung ditutup dan tunggu api menjadi kecil kembali, lalu buka kran minyak sedikit demi sedikit sampai mendapatkan nyala api yang terbaik/yang diinginkan.
(3)   Gangguan semburan api tidak rata atau api tidak dapat sempurna, penyebabnya adalah bila lubang spuyer rusak, matikan kompor lalu ganti spuyer dengan yang baru menggunakan kunci spuyer.
(4)   Langkah pertama dalam menghadapi gangguan apapun adalah menutup kran pada tabung, dengan demikian kebakaran akan terhindari. Jangan sekali-kali menyiram kebakaran kompor dengan air, usahakan dalam memasak menyiapkan karung/kain yang dibasahi oleh air untuk menutupi api saat terjadi kebakaran kompor.
g)      Pada saat merebus terutama merebus air minum/memasak nasi dengan jumlah yang banyak tatakan kaki tungku distel rapat terhadap kaki tungku agar jarak api terhadap kuali/dandang lebih dekat ( jarak terdekat sesuai yang dirancang 5 cm ) sehingga panas yang cepat dan waktu mematangkan masakan lebih cepat. Perlu diwaspadai apabila merebus sayur-sayuran, kacang-kacangan, api brander harus di-kecilkan dan atau selalu mengaduk masakan agar masakan yang berada di dasar kuali tidak hangus, karena sayuran dan kacang-kacangan selalu mengendap di dasar kuali. Pada saat menggoreng ( menggunakan minyak goreng ) kedudukan tatakan kaki tungku distel berjarak 2 atau 3 cm dari kaki tungku dengan cara memutar tatakan kaki tungku seperti membuka baut, agar jarak api terhadap kuali atau wajan tidak terlalu dekat, sehingga panas yang diterima oleh minyak goreng tidak terlalu tinggi sehingga yang dimasak matang secara merata atau tidak terjadi gosong luar dan mentah di dalam.
2)      Alat Dapur Lapangan.
a)      Ketel 100. Bahan terbuat dari alumunium dengan kapasitas memasak 18 Kg/beras untuk melayani 100 orang.
b)      Ketel 50. Bahan terbuat dari alumunium untuk memasak sayur.
c)      Ketel 40. Bahan terbuat dari alumunium untuk memasak air atau untuk mengangkut hasil masakan.
3)      Teknik dasar memasak. Memasak meliputi kegiatan penanganan dan pemasakan ( handling and cooking ). Memasak yang benar dan baik mempunyai pengaruh penting sekali dalam penyajian suatu menu. Oleh karena itu harus dikuasai teknik dasar memasak, sebagai berikut :
a)      Sumber hidrat arang. Molekul-molekul hidrat arang dan molekul air bila dipanaskan akan mengikat dan mengkaji. Setelah masak dan biarkan dalam jangka waktu tertentu ada kecenderungan untuk memisah. Bila proses pemisahan ini terjadi berarti telah mendekati tingkat basi. Oleh karena itu bila memasak nasi harus betul-betul diperhitungkan jumlahnya agar habis sekali makan.
b)      Sumber protein dapat kita golongkan dalam hewani dan nabati. Protei adalah zat makanan yang paling lekas busuk karena sangat diperlukan oleh bakteri-bakteri. Makanan yang mengandung protein tinggi sebaiknya segera dimakan setelah selesai dimasak. Khusus protein yang terdapat pada jaringan-jaringan otot memerlukan perlakuan khusus waktu memasak. Sedangkan telur merupakan sumber protein yang paling mudah dimasak.
c)      Sumber lemak baik hewani maupun nabati akan menjadi tengik bila disimpan lama oleh sebab itu sumber lemak harus diperlakukan baik agar sumber kalori paling besar ini tidak mudah rusak. Pada umumnya sumber lemak ini tidak kita makan langsung tetapi untuk memasak makanan lain baik berupa minyak maupun santan.
d)     Sumber vitamin dan mineral harus diperhatikan sejak mengerjakan  mencuci, sampai memasak, sebab vitamin banyak yang larut/rusak dalam air dan panas.
4)      Tata Cara memasak.
a)      Nasi.
(1)   Beras dibersihkan dari kotoran dan barang-barang asing lainnya.
(2)   Beras dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran.
(3)   Mencuci beras tidak boleh direndam agar Vitamin B1 yang diperlukan tidak larut.
(4)   Beras dimasukkan ke dalam ketel/wajan yang telah disiapkan ( air mendidih ) atau diaron.
(5)   Apabila mengaron menggunakan wajan, beras harus terendam dan air 2-3 Cm di atas permukaan beras.
(6)   Setelah setengah matang masukkan ke dalam dandang yang telah dipersiapkan kemudian aduk dan tunggu sampai matang.
b)      Lauk.
(1)   Memasak Daging.
(a)    Daging dicuci dahulu untuk membersihkan kotorannya.
(b)   Buang serat-serat yang alotnya.
(c)    Daging direbus sampai matang dengan temperatur rendah.
(d)   Porsi miring memotong serat.
(e)    Masak sesuai resep yang diinginkan.
(2)   Memasak ikan.
(a)    Potong semua duri yang sekiranya akan mengganggu dalam proses pemasakan.
(b)   Ikan yang bersisik supaya dibuang sisiknya.
(c)    Buang insang dan isi perutnya kemudian dicuci.
(d)   Bubuhkan cuka/kunyit untuk menghilangkan bau amis/anyir.
(e)    Masak sesuai resep yang dinginkan.
(3)   Sayur.
(a)    Semua bahan sayuran harus dibersihkan dari kotoran/dicuci sebelum diporsi/diracik.
(b)   Sayuran yang telah diracik tidak boleh direndam dalam air kecuali jenis bahan sayuran yang tidak mengandung Vitamin B dan C.
(c)    Masak sesuai resep yang diinginkan/direncanakan.
(d)   Masak lebih awal dari bahan-bahan sayuran yang memerlukan waktu pemotongan lebih lama.
(e)    Untuk menghasilkan warna alami, cerah dan menarik selera bahan sayuran yang berwarna sebelum dimasak supaya direndam dahulu dalam air garam.
5)      Tara Menyajikan.
a)      Cara Barat. Menu ala Barat penyusunannya ada yang menurut menu klasik dan menu sederhana, namun secara umum urut-urutannya adalah sebagai berikut :
(1)   Hidangan Pembuka. Hidangan pembuka ada 2 macam, yakni :
(a)    Hidangan Pembuka Panas.
(b)   Hidangan Pembuka Dingin.
Maksud dan tujuan dari hidangan pembuka adalah untuk merangsang selera makan. Hidangan pembuka dapat berupa sop kuah atau berupa makanan ringan.
(2)   Hidangan Pokok. Hidangan pokok adalah hidangan yang me-nyenangkan terdiri dari hidangan ikan atau masakan daging atau unggas beserta lauk-pauknya.
(3)   Hidangan Selingan. Hidangan selingan dapat berupa hidangan sayuran atau buah-buahan berupa selada dan dapat juga berupa hidangan manis seperti puding, agar-agar dan lain sebagainya.
(4)   Hidangan Penutup. Yang termasuk kedalam hidangan penutup adalah hidangan manis ( nyamikan / Sweet Dessert ). Segala hidangan manis antara lain Es krim, dan hidangan buah-buahan serta sebagai penutup dihidangkan kopi.
b)      Cara China.
(1)   Menghidangkan. Urutan hidangan mulai dengan makanan pembuka, tetapi tidak diakhiri dengan dessert dan sop tidak dihidangkan pada awal santapan. Santapan khas china dimulai dengan 4 ( empat ) macam makanan dingin sebagai pembuka, dilanjutkan dengan hidangan udang yang diasinkan atau ginjal yang diiris-iris. Kemudian disusul oleh delapan macam masakan sebagai hidangan pokok antara lain terdiri dari : masakan daging kepiting, masakan daging itik,masakan ikan lengkap dan nasi putih. Sesudah hidangan pokok terakhir dihidangkan dua macam hidangan manis antara lain potongan apel bergula atau Pangsit/bakso kuah yang lekat.
(2)   Cara bersantap. Melihat kepada hidangan pokok dengan jumlah delapan macam, berarti cara menyantapnyapun dilakukan secara khusus yakni dengan mengambil porsi kecil-kecil dari tiap hidangan. Karena itu yang terlihat di atas meja hidangan adalah sebuah piring kecil, sebuah sendok porselin, sebuah mangkok kecil, tempat kecap atau sambal dan sepasang sumpit.

6)      Cara menghidangkan.
a)      Di Pangkalan/ di rumah/ di gedung. Cara menghidangkan makanannya adalah sebagai berikut :
(1)   Sistem Prasmanan. Suatu cara penghidangan yang diatur pada beberapa meja baik alat makan, makanan maupun minuman. Urut-urutannya adalah piring dan sendok garpu, nasi, ikan dan lauk-pauk, sayur, sambal, lalapan, kerupuk, buah yang terakhir adalah minuman. Peserta makan mengambil sendiri secara berurutan sesuai kesenangan dan kebutuhan masing-masing, sedangkan petugas penyaji hanya mengawasiwadah yang kosong untuk diisi kembali dan membuat garnish/garnir pada penghidangan pertama.
(2)   Sistem Kafetaria. Ialah suatu cara penghidangan yang diatur dalam satu garis. Urut-urutannya adalah : piring dan sendok garpu, nasi, lauk-pauk, sayur, sambal, lalapan, kerupuk, dan yang terakhir adalah minuman. Peserta makan mengambil sendiri secara berurutan  hanya makanan yang keritis diambilkan oleh petugas penyaji. Setelah selesai pengambilan peserta makan membawa ketempat makan yang telah disediakan. Dalam sistem ini peserta makan tidak dibenarkan tambah.
(3)   Dihidangkan di meja. Dalam sistem ini peserta makan dibagi dalam kelompok-kelompok meja yang terdiri dari 6 orang, 8 orang, atau 10 orang sesuai kapasitas meja. Makanan dan alat makannya diatur di atas meja oleh petugas penyaji. Peserta makan tinggal duduk pada kursi yang telah ditentukan dan mengambil makanan yang telah siap di meja.
b)      Di lapangan. Fasilitas dan alat peralatan khusus/khas lapangan, menggunakan alat makan dan minum menggunakan alat perorangan yang dibawa. Bila keadaan memungkinkan, dapat pula menggunakan alat makan lapangan ( Lunchtray ).
(1)   Sistem Kafetaria, sama dengan uraian di atas, hanya alat untuk menghidangkan dan alat makan menggunakan peralatan lapangan.    
(2)   Sistem semi Kafetaria ialah suatu cara penghidangan Kafetaria, hanya seluruh perlengkapan menggunakan alat lapangan dan makanan dibagikan oleh petugas penyaji lapangan.






BAB III
Penutup
KESIMPULAN
     kesimpulan dari makalah yang di susun ini,saya berniat untuk mengambil syarat kecakapan khusus manajemen penanggulangan bencana alam.untuk bisa mendapatkan tanda kecakapan khusus manajemen penanggulangan bencana alam,tentunya harus menguasai materi yang bersangkutan dengan syarat kecakapan khusus tersebut.harus melalui beberapa tahap untuk bisa mendapatkan tkk manajemen penanggulangan bencana alam.


Daftar Pustaka

http://kwarransugihwaras.blogspot.com/2013/05/buku-panduan-saka-wirakartika.html

0 komentar:

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: Support@templateism.com

Our Team Memebers